Industri Galangan Kapal di Batang

KLIKKAYU.COM – di Kabupaten , Jawa Tengah, mengalami pasang surut yang signifikan. Sejumlah usaha memilih untuk menutup operasi karena penurunan pesanan yang .

Namun, ada juga yang tetap bertahan dengan mengandalkan inovasi. Upaya komprehensif diperlukan untuk menyelamatkan yang dulunya menjadi kebanggaan ini.

Masa Kejayaan dan Kemunduran Industri Galangan Kapal

Sekitar satu dekade lalu, di mengalami masa kejayaan. Ratusan perikanan dari dijual ke berbagai daerah di setiap tahunnya.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir, ini mengalami penurunan yang signifikan, sehingga memerlukan tindakan untuk mencegahnya dari kemunduran yang lebih lanjut.

Pada Kamis, 15 Juni , di Desa Klidang Lor, Kecamatan , enam pekerja terlihat sedang berjuang menarik . Kayu seberat 300 kilogram dengan panjang 2,5 meter itu ditarik menggunakan tali tambang.

Kayu tersebut akan digunakan untuk membuat kerangka perikanan berukuran 30 gros ton (GT), pesanan seorang nelayan lokal Batang.

Kisah Para Pengusaha Galangan Kapal

Daryoso (47), kepala proyek di tersebut, mengatakan bahwa tahun ini mereka hanya menerima tiga pesanan dari nelayan lokal. Semuanya adalah berukuran 30 GT dengan alat tangkap jaring.

Daryoso menjelaskan bahwa satu ukuran 30 GT, lengkap dengan mesin, alat tangkap, ruangan pendingin, dan perlengkapan navigasi, mencapai Rp 2,5 miliar dan memerlukan waktu pengerjaan sekitar lima bulan.

Daryoso mengungkapkan bahwa pesanan kapal tahun ini jauh lebih sedikit dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai tujuh pesanan. Pada masa jayanya sekitar tahun 2011, mereka bisa menerima setidaknya sepuluh pesanan kapal.

Pesanan tersebut datang dari berbagai daerah seperti Rembang, Kota Tegal, Pati, bahkan dari Banyuwangi, , Kalimantan, dan Papua.

Baca Juga :   Harga Kayu Bengkirai: Keandalan dan Harga Terbaik di Pasaran

Akibat sepinya pesanan, Daryoso terpaksa mengurangi jumlah pekerja dari 25 menjadi hanya 6 orang untuk memangkas biaya operasional. Sebagian pekerjanya beralih profesi menjadi tukang ojek, bekerja di pabrik, atau berjualan makanan.

Baca Juga :   UD. Jaya Bahari - Penyedia Kayu Berkualitas Untuk Kapal dan Proyek Konstruksi

Dulu ada sepuluh galangan di sekitarnya, namun kini hanya tiga yang masih bertahan.

Tarsono (49), kepala tukang di , juga mengeluhkan penurunan permintaan . Penurunan ini sudah dirasakan sejak sembilan tahun terakhir.

Pada 2010-2014, mereka menerima belasan pesanan kapal setiap tahun, namun setelah 2014 jumlah pesanan terus menurun, mencapai titik terendah pada 2021 dengan hanya satu pesanan.

Pada tahun 2022, kondisi sedikit membaik dengan empat pesanan, dan tahun ini mereka kembali mendapat empat pesanan berukuran 140 GT. Tarsono bersyukur usahanya masih bisa bertahan di tengah banyaknya lain yang bangkrut.

Tarsono menekankan bahwa mereka selalu menggunakan bahan baku berkualitas, seperti , , dan laban, yang dan bisa membuat kapal bertahan hingga 25 tahun.

Inovasi Sebagai Kunci Bertahan

Di tengah kesulitan, sebagian pengusaha galangan kapal di Batang terus berinovasi agar usahanya tetap bertahan. Muji (50), warga Pekalongan, membuka galangan kapal di Klidang Lor dan melihat perubahan tren di kalangan nelayan.

Dulu, kapal perikanan mayoritas dibuat dari kayu dengan lapisan fiberglass, namun kini sebagian nelayan lebih menyukai kapal berbahan serat kaca yang dinilai lebih dan tangguh menghadapi gelombang.

Muji, yang telah belasan tahun bekerja sebagai kepala tukang bagian fiber, melihat peluang ini dan memutuskan untuk merintis usaha galangan kapal fiberglass. Awalnya ia kesulitan mendapatkan pelanggan, namun setelah sebelas bulan, ia berhasil menjual kapal serat kaca berukuran 125 GT ke seorang nelayan dari Jawa Timur.

Baca Juga :   Mengenal Sang Raja Kayu Ulin yang Mendunia dari Hutan Kalimantan

Tahun ini, Muji mendapatkan delapan pesanan kapal serat kaca dengan ukuran 300 GT. satu kapal serat kaca berukuran 300 GT tanpa mesin, alat tangkap, dan peralatan berlayar sekitar Rp 10 miliar, sementara kapal siap layar mencapai Rp 30 miliar.

Baca Juga :   Merosotnya Industri Galangan Kapal di Batang: Dari Sentra Terbesar hingga Masa Kini yang Memprihatinkan

Tantangan dan Harapan ke Depan

Muji mengakui bahwa biaya bahan baku kapal fiber sangat mahal, mencapai Rp 100 juta per hari, belum termasuk ongkos pekerja. Ia sering meminjam uang di bank untuk membeli bahan baku, dan dari usahanya, ia bisa mengantongi untung bersih sekitar Rp 200 juta per tahun.

Muji berharap pesanan kapal dari nelayan bisa kembali meningkat agar usahanya bisa terus bertahan dan mensejahterakan ratusan pekerja yang bergantung padanya.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh (HNSI) Jawa Tengah, Riswanto, menyebutkan bahwa lesunya pemesanan kapal disebabkan oleh ketidakpastian usaha di sektor dan perikanan. Banyak aturan dan kebijakan terkait usaha perikanan yang sering berubah.

Selain itu, nelayan juga menghadapi masalah kenaikan BBM, biaya operasional, serta penurunan hasil tangkapan ikan akibat cuaca dan iklim, sementara harga ikan cenderung stagnan atau turun.

Peran Pemerintah dan Kondisi Terkini

Pada periode 2010-2014, di Batang berjaya karena program Inka Mina dari Kementerian dan Perikanan. Program ini memberikan 1.000 kapal di atas 30 GT secara gratis kepada nelayan.

Kapal-kapal tersebut mayoritas dibuat di Batang, yang saat itu diklaim sebagai pusat galangan kapal terbaik se-Asia Tenggara.

Dinas Perikanan dan Peternakan mencatat bahwa pada masa itu, ada 60 galangan kapal di sepanjang aliran Sungai Sambong. Setiap galangan kapal bisa memproduksi hingga sepuluh kapal per tahun.

Baca Juga :   Menjelajahi Tradisi Maritim: Menyelesaikan Kapal Kayu Raksasa di Batang

Kini, jumlah usaha galangan kapal di Batang tinggal 17 unit, terdiri dari galangan dan serat kaca, dengan rata-rata produksi empat kapal per tahun.

Baca Juga :   Pabrik Kayu Kruing: Supplier Kayu Kruing Berkualitas Terbaik

Pemerintah setempat mengakui keterbatasan dalam mengubah keadaan dan memerlukan perubahan kebijakan komprehensif dari pemerintah pusat. Penjabat Bupati Batang, Lani Dwi Rejeki, menyebutkan bahwa penurunan permintaan kapal dipengaruhi oleh kenaikan harga BBM, penurunan daya beli masyarakat, dan pembatasan perizinan baru.

Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan Batang, Windu Suriadji, mengatakan bahwa pihaknya hanya bisa membantu dari segi promosi dan penyediaan lahan sewa bagi para pelaku usaha galangan kapal.

 


Pertanyaan Umum (FAQ)

Mengapa industri galangan kapal di Batang mengalami penurunan?

Penurunan di Batang disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk penurunan pesanan kapal, ketidakpastian usaha di sektor perikanan, kenaikan harga BBM, dan penurunan daya beli masyarakat.

Apa saja inovasi yang dilakukan pengusaha galangan kapal di Batang?

Salah satu inovasi utama adalah peralihan dari kayu ke kapal berbahan serat kaca yang dinilai lebih dan tangguh menghadapi gelombang.

Bagaimana peran pemerintah dalam membantu industri galangan kapal di Batang?

Pemerintah setempat membantu melalui promosi dan penyediaan lahan sewa, namun perubahan kebijakan komprehensif dari pemerintah pusat sangat diperlukan untuk mengatasi masalah yang lebih mendalam.

Apa dampak program Inka Mina bagi industri galangan kapal di Batang?

Program Inka Mina pada periode 2010-2014 memberikan dorongan besar bagi di Batang, menjadikannya pusat terbaik se-Asia Tenggara pada masa itu.