
KLIKKAYU.COM – Kalimantan dikenal dengan kekayaan alamnya, terutama hutan-hutan yang menghasilkan kayu berkualitas tinggi. Sejak dahulu, masyarakat Kalimantan memanfaatkan kayu sebagai bahan utama dalam pembuatan kapal tradisional. Sungai-sungai besar di Kalimantan menjadi jalur transportasi utama, menjadikan kapal kayu Kalimantan sebagai alat transportasi yang penting bagi masyarakat lokal.
Dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai jenis kapal kayu khas Kalimantan, proses pembuatannya, fungsinya dalam kehidupan sehari-hari, serta tantangan yang dihadapi oleh para pengrajin dalam melestarikan tradisi ini.
Jenis-Jenis Kapal Kayu Tradisional Kalimantan
1. Perahu Kelotok
Perahu kelotok merupakan jenis kapal kayu bermesin yang banyak digunakan oleh masyarakat Kalimantan. Perahu ini memiliki bentuk ramping dan panjang dengan mesin diesel yang menghasilkan suara khas “klotok-klotok,” yang menjadi asal namanya.
Fungsi utama perahu kelotok meliputi:
- Transportasi umum: Mengangkut penumpang antar desa melalui sungai.
- Perikanan: Digunakan oleh nelayan untuk mencari ikan di sungai-sungai besar seperti Kahayan dan Rungan.
- Pariwisata: Banyak digunakan untuk membawa wisatawan menikmati keindahan Banjarmasin dan pasar terapung.
2. Jukung Tambangan
Jukung Tambangan adalah perahu tradisional khas suku Banjar yang dibuat dari kayu ulin. Perahu ini terkenal karena teknik pembuatannya yang unik, di mana seluruh bagian perahu dirakit tanpa menggunakan paku besi, melainkan pasak kayu yang sangat kuat.
3. Lancang
Lancang merupakan kapal tradisional yang pada zaman dahulu digunakan sebagai kapal perang dan perdagangan. Saat ini, kapal ini lebih banyak difungsikan untuk upacara adat dan pelayaran khusus.
Proses Pembuatan Kapal Kayu
1. Pemilihan Bahan
Kayu yang digunakan dalam pembuatan kapal kayu Kalimantan harus memiliki ketahanan tinggi terhadap air dan serangan hama. Beberapa jenis kayu yang umum digunakan meliputi:
- Kayu Ulin: Kayu keras yang tahan lama dan sering digunakan untuk kapal besar.
- Kayu Benuas: Kayu favorit para pengrajin karena kuat dan mudah diperoleh.
- Kayu Bangkirai: Memiliki serat yang kuat dan tahan air.
- Kayu Meranti: Lebih ringan tetapi tetap kuat untuk perahu kecil.
2. Teknik Pembuatan
Pembuatan kapal kayu tradisional dilakukan dengan metode turun-temurun. Prosesnya meliputi:
- Pembuatan rangka lunas: Bagian dasar kapal dibuat dari kayu yang dipotong sesuai bentuk yang diinginkan.
- Pemasangan lambung kapal: Papan kayu dipasang satu per satu hingga membentuk badan kapal.
- Penyambungan tanpa paku: Beberapa jenis perahu dibuat dengan pasak kayu agar lebih kuat dan tahan lama.
- Pelapisan anti air: Lapisan khusus seperti resin atau minyak damar digunakan untuk menjaga kayu tetap tahan lama.
Peran Kapal Kayu dalam Kehidupan Sehari-Hari
1. Transportasi
Di beberapa daerah Kalimantan yang memiliki jalur sungai luas, kapal kayu masih menjadi moda transportasi utama bagi masyarakat. Perahu kelotok sering digunakan untuk bepergian antar desa, mengangkut barang dagangan, serta sebagai alat transportasi ke pasar terapung.
2. Pariwisata
Pariwisata berbasis sungai di Kalimantan semakin berkembang. Wisatawan dapat menikmati perjalanan menggunakan perahu kelotok untuk menyusuri Sungai Barito, mengunjungi pasar terapung, atau menjelajahi hutan mangrove.
3. Perikanan
Bagi masyarakat pesisir sungai, kapal kayu seperti jukung tambangan dan kelotok menjadi alat utama dalam menangkap ikan. Nelayan menggunakan kapal ini untuk mencari ikan di perairan dangkal maupun dalam.
Tantangan dan Solusi dalam Pelestarian Kapal Kayu
1. Penurunan Permintaan
Seiring dengan perkembangan kapal berbahan fiberglass dan besi, permintaan terhadap kapal kayu tradisional mengalami penurunan. Namun, beberapa komunitas masih mempertahankan pembuatan kapal kayu dengan menargetkan pasar khusus, seperti wisatawan dan kolektor perahu tradisional.
2. Kelangkaan Kayu Berkualitas
Kayu berkualitas tinggi seperti ulin semakin sulit ditemukan akibat deforestasi. Untuk mengatasi hal ini, beberapa pengrajin mulai menggunakan kayu alternatif yang lebih mudah diperoleh, seperti kayu benuas dan bangkirai.
3. Perlindungan Kayu
Untuk memperpanjang umur kapal kayu, beberapa pengrajin telah mengadopsi teknik modern seperti pelapisan menggunakan bahan epoksi dan cat anti-air yang dapat mencegah pelapukan kayu akibat paparan air sungai.
Kisah Inspiratif: Misran, Pengrajin Perahu Kelotok Tradisional
Melansir dari palangkaraya.go.id, Misran, seorang pemuda berusia 23 tahun dari Pahandut Seberang, adalah salah satu pengrajin perahu kelotok tradisional. Bersama ayahnya, ia meneruskan usaha keluarga yang telah berlangsung sejak generasi kakek buyutnya. Setiap bulan, mereka mampu memproduksi 4-6 perahu dengan berbagai ukuran.
Harga perahu buatannya berkisar antara Rp6.000.000 hingga Rp25.000.000, tergantung pada bahan kayu dan ukuran kapal. Jika menggunakan kayu ulin, harga perahu bisa mencapai Rp40.000.000. Sebagian besar pelanggan Misran berasal dari Kalimantan Tengah dan sekitarnya.
Misran lebih sering menggunakan kayu benuas dalam pembuatan perahunya karena kayu ini mudah diperoleh dan memiliki ketahanan yang baik. Perahu buatannya biasanya digunakan oleh nelayan setempat untuk mencari ikan di sungai Kahayan dan Rungan.
Kapal kayu Kalimantan merupakan warisan budaya yang memiliki peran penting dalam kehidupan masyarakat setempat. Meskipun menghadapi tantangan seperti kelangkaan bahan baku dan persaingan dengan kapal berbahan modern, upaya pelestarian tradisi pembuatan kapal kayu terus dilakukan oleh para pengrajin.
Dengan meningkatnya minat terhadap pariwisata sungai dan kesadaran akan pentingnya pelestarian budaya, perahu kayu khas Kalimantan diharapkan dapat terus bertahan dan berkembang di masa depan. Dukungan dari pemerintah dan masyarakat sangat diperlukan agar tradisi ini tetap lestari untuk generasi berikutnya.