KLIKKAYU.COM – Masyarakat Indonesia pada umumnya mungkin tidak familiar dengan kayu kulim atau kayu bawang. Namun, bagi penduduk Bengkulu dan wilayah sekitarnya, kayu ini memiliki arti yang signifikan.
Scorodocarpus borneensis, yang juga dikenal sebagai kayu kulim atau bawang, merupakan jenis kayu dari suku Olacaceae. Nama “bawang” diberikan kepada kayu ini karena aroma substrat kayunya yang menyerupai bau bawang.
Pohon kulim mampu mencapai ketinggian hingga 60 meter, meskipun sebagian besar hanya tumbuh antara 10 hingga 40 meter. Batangnya berdiameter sekitar 20 hingga 80 cm, dengan area bebas cabang yang dapat mencapai 25 meter.
Meskipun kurang dikenal di sebagian besar wilayah Indonesia, masyarakat Bengkulu dan beberapa daerah lain di Sumatra sangat mengenali kayu ini. Bahkan, banyak warga Bengkulu yang menanam kulim sebagai investasi jangka panjang hingga 15 tahun, mengingat daya jual kayu ini cukup tinggi.
Kayu kulim memiliki karakteristik sebagai berikut:
- – Bobot sedang hingga berat, dengan kerapatan kayu antara 645 hingga 1080 kg/m3 pada kadar air 15%.
- – Kayu teras berwarna coklat kemerahan hingga coklat ungu gelap, sedangkan kayu gubal berwarna lebih terang, dari putih hingga kuning pucat hingga setebal 5 cm.
- – Pola seratnya bervariasi, mulai dari dangkal hingga dalam, lurus, bergelombang, atau tidak beraturan.
- – Memiliki tingkat keawetan yang sangat baik, dengan tingkat penyusutan yang umumnya sangat rendah hingga tinggi.
- – Proses pengeringan agak berat, dengan kemungkinan retak dan pecah di bagian ujung.
- – Secara umum mudah digergaji, namun hasil penyerutan di area serat yang berpadu cukup sulit.
- – Awet terhadap serangan jamur, tetapi rentan terhadap hama penggerek dan kumbang tanduk.
Berkat karakteristiknya yang menguntungkan, kayu kulim banyak dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti konstruksi bangunan (atap, tiang, balok, kasau, jembatan, tiang laut, dan sebagainya), elemen bangunan (kusen pintu dan jendela, lantai), moda transportasi (lunas perahu, kereta api), peralatan pertanian, dan furnitur.
Secara umum, kayu bawang memiliki karakter yang mendukung penggunaannya dalam industri konstruksi dan furnitur.
Tidak mengherankan jika kayu ini menjadi investasi bagi masyarakat Bengkulu. Namun, meskipun demikian, treatment pengawetan tetap wajib dilakukan pada kayu ini.
Pengawetan kayu merupakan upaya yang dilakukan untuk memperpanjang masa pakai kayu. Perlu diketahui bahwa 85% kayu asli Indonesia termasuk dalam kelas keawetan rendah (kelas III ke bawah), dan sangat jarang ditemukan kayu kelas I.
Oleh karena itu, treatment pengawetan sangat disarankan, bahkan untuk kayu yang memiliki keawetan baik sekalipun.
Indonesia merupakan daerah beriklim tropis, di mana tingkat pembusukan kayu sangat tinggi, baik secara fisika maupun biologi.
Bahkan kayu kelas I pun dapat rusak akibat serangan rayap dan kumbang bubuk jika tidak diawetkan. Namun, efektivitas treatment pengawetan sangat bergantung pada obat yang digunakan.
Nah, kurang lebih itulah informasi yang dapat kami bagikan mengenai kayu ulim atau kayu bawang ini.
Meskipun belum banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, ulim merupakan kayu yang memiliki tempat tersendiri bagi masyarakat Bengkulu. Kayu ini menjadi investasi bagi suku-suku asli di Bengkulu.
Dengan karakteristiknya yang istimewa, tidak mengherankan jika kayu kulim menjadi pilihan investasi bagi masyarakat Bengkulu.
Kayu ini memiliki keunggulan tingkat keawetan yang sangat baik, bobot sedang hingga berat, serta pola serat yang beragam.
Sifat-sifat ini menjadikan kayu kulim sangat cocok untuk berbagai kebutuhan, mulai dari konstruksi bangunan hingga pembuatan furnitur.
Namun, seperti kebanyakan kayu di Indonesia, kayu kulim juga membutuhkan treatment pengawetan untuk memaksimalkan masa pakainya.
Hubungi kami sekarang juga untuk meraih keuntungan maksimal dari kombinasi kayu kulim yang luar biasa ini.