KLIKKAYU.COM – Dalam dunia konstruksi kayu, peraturan SNI 7973:2013 membawa perubahan signifikan dalam mengklasifikasikan mutu kayu. Tidak lagi sekedar membagi kayu ke dalam kelas I, II, III, dan IV, melainkan berdasarkan kode mutu yang ditentukan oleh modulus elastisitas masing-masing jenis kayu.
Dalam merencanakan konstruksi bangunan berbahan kayu, parameter-parameter penting seperti kekuatan lentur, tekan, tarik, dan geser harus dipertimbangkan sesuai ketentuan SNI tersebut. Kekuatan kayu ini diperoleh melalui percobaan eksperimental di laboratorium dengan mengacu pada SNI dan peraturan terkait lainnya.
Sebuah penelitian telah dilakukan untuk mengetahui kode mutu kayu bangkirai berdasarkan SNI 7973:2013, jenis kayu yang sebelumnya termasuk dalam kelas I menurut peraturanlama.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pemilahan secara visual, kayu bangkirai memiliki kekuatan lentur (Fb) 11,46 MPa dengan kode mutu E12-E13, kekuatan tarik (Ft) 10,12 MPa dengan kode mutu E12-E13, kekuatan tekan sejajar (Fc//) 10,12 MPa dengan kode mutu E12-E13, kekuatan geser (Fv) 1,35 MPa dengan kode mutu E12-E13, dan kekuatan tekan tegak lurus (Fc⊥) 2,75 MPa dengan kode mutu E12-E13.
Sementara itu, hasil penelitian berdasarkan pemilahan secara mekanis untuk kayu bangkirai menunjukkan kekuatan lentur (Fb) 11,72 MPa, kekuatan tarik (Ft) 7,03 MPa, kekuatan tekan sejajar (Fc//) 15,97 MPa, kekuatan geser (Fv) 1,43 MPa, dan kekuatan tekan tegak lurus (Fc⊥) 13,35 MPa.
Dari penelitian ini, dapat dilihat perbandingan antara mutu lama yang menetapkan kekuatan lentur kayu bangkirai sebesar 11 MPa, sedangkan berdasarkan peraturan baru, kekuatan lentur diperoleh sebesar 12-13 MPa, lebih tinggi dibandingkan dengan menggunakan peraturan lama.
Penelitian ini memberikan gambaran komprehensif mengenai sifat fisis dan mekanis kayu bangkirai berdasarkan SNI 7973:2013. Penggunaan kode mutu yang didasarkan pada modulus elastisitas kayu menjadi acuan baru dalam menentukan kualitas kayu untuk konstruksi bangunan.
Pemilahan secara visual dan mekanis mengungkapkan bahwa kayu bangkirai memiliki kekuatan yang lebih baik dibandingkan dengan peraturan lama, terutama dalam hal kekuatan lentur.
Temuan ini menegaskan pentingnya mengikuti standar terbaru dalam merancang dan membangun konstruksi berbahan kayu.
Dengan memahami sifat fisis dan mekanis kayu secara tepat, insinyur dan arsitek dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya kayu secara efisien dan aman.
Hal ini tidak hanya meningkatkan kualitas bangunan, tetapi juga mendukung upaya keberlanjutan lingkungan melalui pemanfaatan kayu yang lebih bijaksana.
Bagi para peneliti dan akademisi di bidang teknik sipil dan ilmu kehutanan, temuan ini membuka peluang untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang karakteristik kayu-kayu lokal lainnya.
Dengan memahami potensi dan kekuatan kayu-kayu tersebut, dapat dihasilkan alternatif bahan konstruksi yang lebih ramah lingkungan dan memenuhi standar keamanan yang tinggi.
Untuk para profesional di industri konstruksi, hasil penelitian ini menyediakan data penting yang dapat digunakan sebagai acuan dalam memilih dan mengaplikasikan kayu bangkirai pada proyek–proyek mereka.
Dengan menerapkan praktik terbaik dan mengikuti pedoman terbaru, mereka dapat menjamin kualitas dan keamanan bangunan serta berkontribusi dalam pembangunan yang berkelanjutan.
Akhirnya, studi ini mengajak semua pemangku kepentingan untuk terus menggali potensi sumber daya kayu lokal dan memanfaatkannya dengan bijak.
Dengan berkolaborasi dan berbagi pengetahuan, kita dapat menciptakan lingkungan binaan yang lebih berkelanjutan dan aman bagi generasi mendatang.