
Seiring dengan semakin terbukanya industri fashion di panggung global, peluang bagi talenta lokal, khususnya dari Asia, untuk menembus karier sebagai model menjadi semakin besar. Di era digital ini, kehadiran media sosial dan platform daring telah menjadi jembatan efektif bagi para aspirant model untuk mempromosikan diri, menjalin jaringan, serta mendapatkan penawaran pekerjaan dari berbagai merek internasional. Kami menghadirkan empat perspektif penting dalam bentuk panduan praktis dan inspiratif, lengkap dengan contoh visual, agar pembaca dapat memahami langkah konkret menuju dunia modeling.
How To Become A Fashion Model – A Guide For Beginners — By Brandon Andre
Panduan ini menekankan langkah-langkah dasar dan mindset yang perlu dipupuk oleh calon model pemula. Pertama-tama, persiapkan portofolio yang memuat foto-foto profesional dengan berbagai sudut pose—profil, full body, dan close-up wajah. Portofolio merupakan ‘kartu nama’ yang akan menonjolkan keunikan personal serta potensi estetika Anda di mata klien dan agensi.
Kedua, tentukan jenis modeling yang diincar: fashion editorial, runway, komersial, atau iklan digital. Setiap kategori memiliki standar tinggi terkait tinggi badan, proporsi tubuh, serta karakter wajah. Misalnya, model fashion editorial umumnya memiliki postur tubuh tinggi, tulang pipi tegas, dan ekspresi wajah dramatis. Sedangkan model komersial biasanya dapat lebih fleksibel dalam ukuran tubuh dan penampilan umum.
Ketiga, pelajari teknik posing dan ekspresi. Sebagaimana ditunjukkan dalam foto di atas, seorang pemodel harus mampu beradaptasi dengan instruksi fotografer dan menciptakan mood tertentu. Latihan di depan cermin atau dengan bantuan seorang fotografer amatir dapat mempercepat proses pemahaman gerak tubuh dan penjajaran sudut yang paling menguntungkan.
Keempat, bangun jaringan (networking). Menghadiri acara fashion show lokal, pameran fotografi, dan seminar modeling dapat membuka akses ke agensi, fotografer profesional, serta desainer. Jalin hubungan baik dengan mereka, karena rekomendasi dari pihak internal sering kali menjadi kunci mendapatkan audisi eksklusif.
Terakhir, perkuat kepercayaan diri dan kesehatan. Model sukses tidak hanya dituntut tampil menarik secara fisik, tetapi juga menjaga stamina dan mental yang prima. Rutinitas olahraga ringan, pola makan seimbang, serta teknik relaksasi seperti meditasi akan membantu mempertahankan postur dan stamina di setiap sesi pemotretan maupun runway.
Productivity FAQ | Male models poses, Photography poses for men
Bagi model pria, tantangan terbesar sering terletak pada menemukan pose yang natural tetapi tetap menonjolkan maskulinitas. Kami merangkum beberapa pertanyaan umum (FAQ) tentang pose pria yang sering dilontarkan pada saat workshop dan audisi:
1. Bagaimana menonjolkan garis rahang dan bahu?
Pose miring dengan sedikit memiringkan bahu ke kamera dapat mempertegas kontur otot bahu dan garis rahang. Jaga leher tetap panjang dan dagu sedikit diturunkan untuk menghindari tampilan wajah bulat.
2. Apakah tangan harus selalu menunjukkan otot?
Tidak selalu. Kadang-kadang tangan yang rileks di saku atau bertumpu pada permukaan (meja, kursi) memberi nuansa kasual. Namun, saat sesi pemotretan sportswear atau fitness, menonjolkan otot lengan dapat menambah impresi kuat.
3. Bagaimana menjaga ekspresi tetap hidup tanpa terkesan kaku?
Beralih dari satu ekspresi ke ekspresi lain dengan cepat sambil melemparkan pandangan ke jauh ke samping dapat membantu wajah terlihat dinamis. Cobalah teknik breathing—tarik napas pelan, tutup mata sejenak, lalu buka dan arahkan pandangan sambil tersentuh emosi tertentu (bahagia, serius, atau kontemplatif).
4. Apakah boleh bereksperimen dengan properti?
Sangat dianjurkan. Properti sederhana seperti topi, kaca mata, atau bahkan seutas syal dapat menambah elemen visual dan membantu model menjaga fokus serta variasi pose. Properti juga memudahkan fotografer dalam mengarahkan komposisi frame.
Menurut seorang fotografer fashion kenamaan yang kami wawancarai, “Pose terbaik bukan yang terlihat dipaksakan, tetapi yang memberi narasi. Setiap pose harus bercerita—apakah tentang gaya hidup, mood tertentu, atau karakteristik produk yang diiklankan.”
A Beginner’s Guide: How to Become a Model UK – The Model Builders
Memasuki pasar modeling di Inggris membutuhkan pemahaman tentang regulasi dan kebiasaan industri setempat. Berikut beberapa poin kunci yang patut diperhatikan calon model:
Pendaftaran Agensi: Cari agensi resmi dan teregulasi oleh British Fashion Council atau Management Supply Association. Hindari agensi yang meminta biaya pendaftaran besar tanpa reputasi jelas.
Audisi dan Open Call: Banyak agensi di London dan Manchester mengadakan open call secara berkala. Persiapkan portofolio fisik dan digital, serta rapi berbusana minimalis—T-shirt polos dan celana panjang gelap untuk menunjukkan siluet tubuh natural.
Pahami Kontrak: Sebelum menandatangani kontrak, baca dengan teliti durasi eksklusivitas, komisi, dan batasan pekerjaan di luar agensi. Jika perlu, konsultasikan dengan pengacara atau mentor yang berpengalaman.
Adaptasi Budaya Kerja: Industri UK cenderung menuntut kedisiplinan tinggi—ketepatan waktu, kesiapan mental, serta kemampuan bahasa Inggris yang fasih. Keterbukaan terhadap kritik dan instruksi juga menjadi modal penting agar tetap diminati fotografer dan desainer.
Dalam guideline mereka, The Model Builders menekankan bahwa transisi dari model pemula ke jenjang profesional memerlukan kesabaran dan konsistensi. “Tidak ada karier instan dalam modeling,” ujar perwakilan The Model Builders, “Setiap pemodel harus siap melewati penolakan berkali-kali hingga akhirnya menemukan niche atau segmen pasar yang tepat.”
Kohei Takabatake | Male portrait, Portrait, Asian model
Kohei Takabatake merupakan salah satu contoh model Asia yang berhasil menembus pasar internasional. Dengan fitur wajah khas Asia—mata monolid, tulang pipi tinggi, dan kulit cerah—ia menunjukkan bahwa keberagaman estetika justru semakin dicari di industri global. Berikut beberapa kiat dari perjalanan kariernya:
1. Gunakan Keunikan Budaya: Kohei menggabungkan elemen tradisional Jepang—seperti kimono modern—dengan gaya fashion Western. Hal ini menambah daya tarik visual dan cerita di balik setiap sesi fotografi.
2. Kuasai Bahasa dan Etika Profesional: Kohei fasih berbahasa Inggris dan Jepang. Menurutnya, kemampuan berkomunikasi memudahkan memahami instruksi direktur kreatif dan menjalin relasi baik dengan tim produksi.
3. Keseimbangan On-Camera dan Off-Camera: Selain tampil di depan kamera, ia aktif mengelola kanal media sosial sebagai platform pribadi. Konten di balik layar (behind-the-scenes) membantu membangun personal branding dan basis penggemar setia.
4. Kesehatan Mental dan Kolaborasi: Kohei rutin mengikuti sesi konsultasi psikolog dan yoga untuk menjaga stabilitas mental saat jadwal pemotretan padat. Ia juga terbuka berkolaborasi dengan kreator lokal dan musisi, memperluas jaringan industri.
“Keberhasilan saya tidak hanya soal wajah atau tubuh,” ungkap Kohei dalam sebuah wawancara virtual, “tapi juga bagaimana saya membawa nilai budaya, etika kerja, dan kepribadian di setiap project. Hal itu yang membuat saya berbeda di mata klien.”
Kesimpulannya, memulai karier sebagai model memerlukan persiapan matang—mulai dari portofolio, teknik posing, hingga pemilihan agensi yang tepat. Baik Anda bercita-cita menjadi fashion model di panggung global, model komersial, maupun representasi keberagaman budaya, kunci utama terletak pada konsistensi, kemampuan beradaptasi, dan jaringan profesional yang kuat. Ke depan, industri modeling akan terus berkembang dengan dukungan teknologi augmented reality (AR) dan virtual influencer, membuka peluang baru bagi model yang siap berinovasi. Dengan bekal panduan praktis serta kisah inspiratif figur seperti Kohei Takabatake, generasi baru model Asia semakin optimis menatap masa depan di kancah mode dunia.